Gabung Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Biografi Maulana Ishaq Putra Sayyid Husein Jamaluddin atau Syeh Jumadil Kubro

Biografi Maulana Ishaq bin Syekh Jumadil Kubro atau Sayyid Husein Jamaluddin
Syekh Syarif Ainun Naim (putra Maulana Ishaq) dan Syekh Maulana Nuh Maghrobi (mungkin inilah makam Maulana Ishaq atau juga dikenal Maulana Muhammad Al-Maghribi)
Di Pulau Tulup Kecil terdapat dua Makam Syekh, yaitu Makam Syekh Syarif Ainun Naim (putra Maulana Ishaq) dan Syekh Maulana Nuh Maghrobi (mungkin inilah makam Maulana Ishaq atau juga dikenal Maulana Muhammad Al-Maghribi)

Maulana Ishaq datang ke tanah Jawa pada tahun 1404 Masehi bersama dengan ayahnya Syeikh Maulana Ahmad Jumadil Qubro dan saudaranya Syeikh Maulana Malik Ibrahim. Syeikh Maulana Ishaq pada awalnya datang di tanah Jawa menetap di Gresik. Kemudian ke Blambangan dan selanjutnya ke Pasai (Singapura) dan beliau wafat di sana. Beliau ahli dalam bidang pengobatan dan beliau sering menolong orang yang sakit hingga sembuh.

Daftar Isi Artikel:

Pada saat kerajaan Blambangan diserang oleh wabah, sudah berbulan-bulan rakyat Blambangan dilanda suatu penyakit. Banyak rakyat yang terserang penyakit, bahkan sebagian dari mereka menemui ajalnya. Hampi setiap hari selalu ada saja rakyat Blambangan yang meninggal dunia karena wabah ini.

Biografi Maulana Ishaq

Maulana Ishaq adalah anak dari Sayyid Husain Jamaluddin. Yang bergelar Syekh Jumadil Kubro. Maulana Ishaq adalah adik dari Maulana Malik Asmaraqandi (Sunan Gresik).

Pembaca perlu membedakan antara Syaikh Jumadil Kubro (ayah Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak ini) dengan Maulana Ahmad Jamadil Kubro. Dua orang yang berbeda.

Sama dengan kakaknya, yaitu Maulana Malik Ibrahim Asmaraqandi (Sunan Gresik). Maka Maulana Ishaq dilahirkan di Samarkand, Uzbekistan. Dahulu bagian dari wilayah Kerajaan Turki Utsmani. Dalam satu data, ditemukan bahwa Maulana Ishaq ini adalah masih kerabat dan guru dari Laksamana Cheng Ho.

Nasab Maulana Ishaq

Nasab keturunan Maulana Ishaq yang lengkap dan benar adalah:

  1. Maulana Ishaq, bin
  2. Husein Jamaluddin (Syaikh Jumadil Kubro), bin
  3. Ahmad Syah Jalaluddin, bin
  4. 'Abdullah Khan, bin
  5. Abdul Malik Azmatkhan, bin
  6. 'Alwi 'Ammil Faqih, bin
  7. Muhammad Shohib Mirbath, bin
  8. 'Ali Khali Qasam, bin
  9. 'Alwi Shohib Baiti Jubair, bin
  10. Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah, bin
  11. 'Alwi Al-Mubtakir, bin
  12. 'Ubaidillah, bin
  13. Ahmad Al-Muhajir, bin
  14. 'Isa An-Naqib, bin
  15. Muhammad An-Naqib, bin
  16. 'Ali Al-'Uraidhi, bin
  17. Imam Ja'far Ash-Shadiq, bin
  18. Imam Muhammad Al-Baqir, bin
  19. Imam 'Ali Zainal 'Abidin, bin
  20. Imam Husain Asy-Syahid, bin
  21. Sayyidah Fathimah Az-Zahra, binti
  22. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

Hubungan dengan Walisongo

Hubungannya dengan Wali Songo yang lain adalah:

  1. Maulana Ishaq adalah adik kandung Maulana Malik Ibrahim Asmaraqandi yang bergelar Sunan Gresik,
  2. Maulana Ishaq adalah paman dari Sunan Ampel Surabaya dan Sayyid Ali Murtadha yang bergelar Sunan Santri atau Raden Santri atau Raja Pendeta,
  3. Maulana Ishaq adalah ayah kandung dari Sunan Giri Gresik,
  4. Maulana Ishaq adalah kakek paman dari Sunan Bonang, Sunan Drajat dan Sunan Ngudung dan
  5. Maulana Ishaq adalah Buyut paman dari Sunan Kudus.

Dakwah Maulana Ishaq ke Blambangan Banyuwangi

Di awal abad 14 M. Kerajaan Blambangan diperintah oleh Prabu Menak Sembuyu, salah seorang keturunan Prabu Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit. Raja dan rakyatnya memeluk agama Hindu dan ada sebagian yang Memeluk agama Budha. Kerajaan Blambangan terdapat di daerah Banyuwangi Selatan, dekat dengan daerah Muncar.

Pada suatu hari Prabu Menak Sembuyu gelisah, demikian pula permaisurinya, pasalnya putri mereka satu-satunya telah jatuh sakit selama beberapa bulan. Sudah diusahakan mendatangkan tabib untuk mengobatinya tapi sang putri belum sembuh juga.

Memang pada waktu itu kerajaan Blambangan sedang dilanda pegebluk atau wabah penyakit. Banyak sudah korban berjatuhan. Menurut gambaran babad Tanah Jawa esok sakit dan sorenya mati. Seluruh penduduk sangat prihatin, berduka cita, dan hampir semua kegiatan sehari-hari menjadi macet total.

Atas saran permaisuri Prabu Meunak Sembuyu kemudian mengadakan sayembara, siapa yang dapat menyembuhkan putrinya akan diambil menantu dan siapa yang dapat mengusir wabah penyakit di Blambangan akan diangkat sebagai Bupati atau Raja Muda.

Sayembara disebar dihampir pelosok negeri. Sehari, dua hari, seminggu bahkan berbulan-bulan kemudian tak ada seorangpun yang menyatakan kesanggupannya untuk mengikuti sayembara 'itu.

Permaisuri makin sedih hatinya. Prabu Menak Sembuyu berusaha menghibur isterinya dengan menugaskan Patih Bajul Sengara untuk mencari pertapa sakti guna mengobati penyakit putrinya.

Diiringi beberapa prajurit pilihan, Patih Bajul Sengara berangkat melaksanakan tugasnya. Para pertapa bisanya tinggal di puncak atau lereng-lemng gunung, maka kesanalah Patih Bajul Sengara mengajak pengikutnya mencari orang-orang sakti, Patih Bajul Sengara akhirnya bertemu dengan Raja Kandaya yang mengetahui adanya seorang tokoh sakti dari negeri seberang. Orang yang dimaksud adalah Syekh Maulana lshaq yang sedang berdakwah secara sembunyi-sembunyi di daerah Blambangan. Tepatnya di Kota Banyuwangi (Sekarang tempat berdakwahnya Maulana Ishaq, oleh masyarakat Banyuwangi dibangun sebagai Masjid dan di beri nama Masjid Jami’ Baiturrahim, di depan Polres Banyuwangi).

Patih Bajul Sengara dapat bertemu dengan. Syekh Maulana lshak yang sedang bertafakkur di sebuah goa yang terdapat di kawasan Rogojampi, di daerah Cemoro. Setelah terjadi negosiasi bahwa Raja dan Rakyat Blambangan mau diajak memeluk agama Islam maka Syekh Maulana Ishak bersedia datang ke istana Blambangan. la memang piawai dibidang ilmu kedokteran, putri Dewi Sekardadu sembuh dan setelah diobati Pagebluk juga lenyap dari wilayah Blambangan.

Sesuai janji Raja maka Sekh Maulana Ishak dikawinkan dengan Dewi Sekardadu. Diberi kedudukan sebagai Adipati untuk menguasai sebagian wilayah Blambangan tepatnya di Banyuwangi bagian Utara, yang sekarang menjadi Kota Banyuwangi. Dari daerah sinilah lahir seorang bayi mungil yang elok, namanya Sayyid ’Ainul Yaqin yang kelak setelah dewasa bergelar Sunan Giri. Oleh masyarakat Banyuwangi, daerah kelahiran Sunan Giri, dijadikan nama desa dan kecamatan, yaitu Kecamatan Giri.

Hasutan dan Fitnah kepada Maulana Ishaq

Tujuh bulan sudah Syekh Maulana Ishak menjadi Adipati baru di Blambangan. Makin hari semakin bertambah banyak saja penduduk Blambangan yang masuk agama Islam. Sementara Patih Bajul Sengara tak henti-hentinya mempengaruhi sang Prabu dengan hasutan-hasutan jahatnya. Hati Prabu Menak Sembuyu jadi panas mengetahui hal ini.

Patih Bajul Sengara sendiri tanpa sepengetahuan sang Prabu sudah mengadakan teror pada pengikut Syakh Maulana Ishak. Tidak sedikit penduduk Kadipaten yang dipimpin Syekh Maulana Ishak diculik, disiksa dan dipaksa kembali kepada agama lama, Walaupun kegiatan itu dilakukan secara rahasia dan sembunyi-sembunyi pada akhirnya Syekh Maulana Ishak mengetahui juga.

Pada saat itu Dewi Sekardadu sedang hamil tujuh bulan. Syekh Maulana Ishak sadar, bila hal itu diteruskan akan terjadi pertumpahan darah yang seharusnya tidak perlu, Kasihan rakyat jelata yang harus menanggung akibatnya. Maka dia segera berpamitan kepada isterinya untuk pergi meninggalkan Blambangan. Maulana Ishaq pergi menuju Gresik untuk bertemu dengan kakaknya, yaitu Maulana Malik Ibrahim, seminggu kemudian dia menuju Ampel Denta menemui keponakannya, yaitu Sunan Ampel dan menitipkan bayinya yang masih ada di Blambangan. Maulana Ishaq kemudian berlayar menuju Kerajaan Samudera Pasai, dan berdakwah di sana.

Demikianlah, pada tengah malam, dengan hati berat karena harus meninggalkan isteri yang hamil tujuh bulan, Syekh Maulana Ishak berangkat meninggalkan Blambangan seorang diri. Besok harinya sepasukan besar prajurit Blambangan yang dipimpin Patih Bajul Sengara menerobos masuk wilayah Kadipaten yang sudah ditinggalkan Syekh Maulana lshak,Tentu saja Patih kecewe, walau seluruh isi istana di obrak-abrik dia tidak menemukan Syakh Maulana Ishak yang sangat dibencinya.

Dua bulan kemudian dari rahim Dewi Sekardadu lahir bayi laki-laki yang elok rupawan. Sesungguhnya Prabu Menak Sembuyu dan permaisurinya merasa senang dan bahagia melihat kehadiran cucunya yang tampan dan rupawan itu. Bayi itu lain daripada yang lain, wajahnya mengeluarkan cahaya terang.

Lain halnya dengan Patih Bajul Sengara. Dia menghasut Prabu Menak Sembuyu agar terus membunuh Syaikh Maulana Ishaq dan membunuh bayinya. Kebetulan setelah ditinggal Maulana Ishaq, kondisi Blambangan menjadi terjangkit lagi oleh penyakit Pagebluk tersebut. Penyakit pagebluk semacam penyakit Tho’un atau virus flu burung atau flu babi.

Patih Bajul Sengara menghasut Raja dengan berkata: "Bayi itu ! Benar gusti Prabu ! Cepat atau lambat bayi itu akan menjadi bencana di kemudian hari. Wabah penyakit inipun menurut dukun-dukun terkenal di Blambangan ini disebabkan adanya hawa panas yang memancar dari jiwa bayi itu !" kilah Patih Bajul Sengara dengan alasan yang dibuat-buat. Sang Prabu tidak cepat mengambil keputusan, dikarenakan dia terlanjur menyukai kehadiran cucunya itu, namun sang Patih tiada bosan-bosannya menteror dengan hasutan dan tuduhan keji akhirnya Sang Prabu terpengaruh juga.

Walau demikian tiada tega juga dia memerintahkan pembunuhan atas cucunya itu secara langsung, Bayi yang masih berusia empat puluh hari dimasukkan ke dalam peti dan diperintahkan untuk dibuang ke Samudera.

Bersambung ke Biografi Sunan Giri.

Akhir Kisah Maulana Ishak

Bagaimana dengan Maulana Ishaq?. Maulana Ishaq kemudian singgah ke Gresik menemui Maulana Malik Ibrahim, untuk melaporkan hasil dakwahnya di Blambangan dan meminta saran kepada kakaknya itu sebagai ketua Wali Songo Periode 1. Oleh kakaknya, Maulana Ishaq disarankan ke Surabaya dulu untuk beristirahat selama 40 hari menemui Sunan Ampel, dan ditugasi untuk berdakwah ke Kerajaan Samudera Pasai. Kebetulan Kerajaan Samudera Pasai membutuhkan seorang Penasehat (Mufti). Maulana Ishaq menjadi Anggota Wali Songo selama 2 Periode. Kemudian pada periode ke 3 digantikan oleh putranya, yaitu Sunan Giri. Dari data yang didapatkan oleh penulis, Maulana Ishaq wafat di Tumasik (Singapura) yang saat itu merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Samudera Pasai. Dan dimakamkan di sana.

Baca juga: 6 Periode Walisongo dan Sejarah Masuknya Islam ke Nusantara.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Biografi Maulana Ishaq Putra Sayyid Husein Jamaluddin atau Syeh Jumadil Kubro, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.


Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.
Oops!
Sepertinya ada yang salah dengan koneksi internet Anda. Silakan sambungkan ke internet dan mulai menjelajah lagi.
AdBlock Detected!
Kami telah mendeteksi bahwa Anda menggunakan plugin pemblokiran iklan di browser Anda.
Pendapatan yang kami peroleh dari iklan digunakan untuk mengelola situs web ini, kami meminta Anda untuk memasukkan situs web kami ke dalam daftar putih di plugin pemblokiran iklan Anda.