Gabung Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Kisah Pedang Zulfikar Ali bin Abu Tholib

Sejarah Pedang Zulfikar, Senjata Legendaris Nabi Muhammad Berkekuatan 1000 Tentara diwariskan kepada Ali bin Abi Tholib
Sejarah Pedang Zulfikar, Senjata Legendaris Nabi Muhammad Berkekuatan 1000 Tentara diwariskan kepada Ali bin Abi Tholib
Sejarah Pedang Zulfikar, Senjata Legendaris Nabi Muhammad Berkekuatan 1000 Tentara diwariskan kepada Ali bin Abi Tholib

Pedang Zulfikar dipercaya sebagai senjata paling kuat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW.

Dalam sejarah Islam, pedang ini memang paling dikenal dibanding senjata lain yang digunakan pada masa itu.

Bentuk Pedang Zulfikar dikenal dalam beragam versi, tetapi yang paling populer dipercayai berbentuk melengkung dan berujung ganda.

Pedang Zulfikar, yang konon berkekuatan sama dengan 1000 tentara, pada akhirnya diwariskan kepada Ali bin Abi Tholib.

Nama Pedang Zulfikar sendiri berasal dari kata fiqor, yang berarti pembedaan atau pembagian.

Lantas, bagaimana sejarah Pedang Zulfikar?

Asal-usul Pedang Zulfikar

Sejarah Pedang Zulfikar sebenarnya masih belum diketahui dengan pasti. Namun, menurut kepercayaan umat Muslim, pada masa Perang Badar, Nabi Muhammad SAW mematahkan sebuah ranting yang secara ajaib berubah menjadi Pedang Zulfikar.

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Pedang Zulfikar dikirim oleh Alloh melalui Malaikat Jibril saat Nabi Muhammad sedang berdoa dalam Pertempuran Khondaq.

Pendapat lainnya lagi mengatakan bahwa Pedang Zulfikar adalah hasil rampasan sewaktu perang sedang berlangsung.

Sementara versi lain lagi menyebutkan bahwa pada abad pertengahan, pedang besi dan baja diproduksi secara masif dan digunakan untuk bertempur.

Setiap tentara dilatih menggunakan pedang, sehingga semua jenderal kerajaan, raja serta kaisar, memiliki pedang pribadinya masing-masing.

Salah satu pedang yang dipunyai oleh Nabi Muhammad SAW adalah Pedang Zulfikar ini.

Diwariskan kepada Ali bin Abi Tholib

Pada akhirnya, Pedang Zulfikar diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW kepada anak asuh sekaligus menantunya, Ali bin Abi Thalib, pada masa Perang Uhud.

Konon, berkat pedang ini, kaum Muslim berhasil memenangkan pertempuran saat melawan para musuh Islam waktu itu.

Selain digunakan dalam Perang Uhud, Pedang Zulfikar juga diandalkan Ali bin Abi Thalib saat Perang Parit, yang merupakan upaya pengepungan terkenal di Kota Madinah.

Sejak itu, Pedang Zulfikar selalu dibawa oleh Ali bin Abi Thalib dalam berbagai pertempuran.

Bahkan, Ali bin Abi Thalib dan Pedang Zulfikar dipercaya menjadi kunci kemenangan kaum Muslimin dalam perang melawan musuh.

Saking melekatnya Pedang Zulfikar dengan sosok Ali bin Abi Thalib, desain dari pedang ini ada ukiran berbahasa Arab yang berbunyi, "La Fata Illa 'Ali; La Sayf Illa Dzul Fiqar", yang berarti tidak ada pemuda selain Ali dan tidak ada pedang selain Zulfikar.

Namun, saat ini Pedang Zulfikar yang asli tidak diketahui keberadaannya.

Kisah Pedang Zulfikar Ali bin Abu Tholib

“Tidak ada pedang, setajam pedang Zulfikar dan tidak ada pemuda yang mana setangguh Sayyidina Ali bin Abu Tholib (Karomallohu wajhahu)” Demikianlah slogan yang selalu di dengung-dengungkan oleh kaum muslimin ketika perang Uhud yang amat dahsyat itu tengah berlangsung. Dalam perang tersebut, Sayyidina Ali bin Abu Tholib memperlihatkan ketangguhannya sebagai seorang pahlawan islam yang amat gagah perkasa.

Ia dikenal sebagai jagoan bangsa Arab yang mempunyai kemahiran memainkan pedang dengan tangguh. Sementara itu, baju besi yang dimilikinya berbentuk tubuh bagian depan di kedua sisi dan tak ada bagian belakangnya.

Ketika ditanya, “Mengapa baju besimu itu tidak dibuatkan dibagian belakangnya, Hai Abu Husein?”

Maka Sayyidina Ali bin Abi Tholib akan menjawabnya dengan mudah “Kalau seandainya aku menghadapi musuhku dari belakang niscaya aku ini akan binasa.”

“Ketika terjadi perang Badar antara kaum muslimin dan kaum kafir Quroisy, di mana para kaum muslimin memperoleh kemenangan yang telak, maka korban yang berjatuhan di pihak kaum Quroisy berjumlah sekitar tujuh puluh orang. Konon sepertiga korban yang tewas dari pihak kaum Quroisy pada perang badar itu merupakan persembahan khusus dari Sayyidina Ali bin Abu Tholib dan Hamzah bin Abdul Mutholib.

Sementara itu Amru bin Wud Al ‘Amiri, seorang jawara yang sangat tangguh dari kaum kafir Quraisy ikut serta dalam perang Khandak. Dengan angkuhnya ia menari-nari di atas kudanya sambil memainkan pedangnya dan mengejek kaum muslimin seraya berkata, “Hai kaum muslimin, maka manakah surga yang telah dijanjikan kepadamu bahwa orang yang Gugur di antaramu akan masuk kedalamnya? inilah dia surga yang kini berada di hadapan-mu, maka sambutlah.”

Namun itu kenyataannya tak ada seorangpun dari kaum muslimin yang berani maju untuk menjawab tantangan yang mana dilontarkan Amru bin Wud, yang terkenal amat bengis dan kejam itu.

Tak lama kemudian Sayyidina Ali bin Abu Tholib pun berdiri MAJU dan berkatalah kepada Rosululloh,

“Yaa Rosululloh, kalau Anda mengijinkan, maka saya akan maju untuk bertarung melawannya”

Rosululloh menjawab, “Hai Ali, Bukankah dia itu Amru bin Wud, jagoan kaum Quroisy yang ganas itu?”

Lalu Sayyidina Ali bin Abu Tholib pun menjawab, “Ya, Saya tahu dia itu memang adalah Amru bin wud, akan tetapi bukankah ia juga manusia seperti kita?”

Akhirnya Rosululloh mengijinkan untuk bertarung melawannya. Dengan pedang Zulfikar, Sayyidina Ali bin Abu Tholib menebas musuh-musuhnya Selang beberapa saat kemudian, Sayyidina Ali bin Abu Thalib telah maju ke gelanggang pertarungan untuk bertarung melawan Amru bin Wud.

Lalu Amru pun bertanya seraya memandang remeh kepadanya, “Siapakah kamu hai anak muda?” maka Sayyidina Ali menjawab “Aku adalah Ali”

Amru bin Wud bertanya lagi, “Kamu anak Abdul Manaf?”

“Bukan, Aku anak Abu Tholib”

Lalu Amru bin Wud berkata, “Kamu jangan maju ke sini hai anak saudaraku! Kamu masih kecil. Aku hanya menginginkan orang yang lebih tua darimu, karena aku pantang menumpahkan darahmu.”

Sayyidina Ali bin Abu Tholib pun menjawab, “Jangan sombong dulu hai Amru! Aku akan buktikan bahwa Aku dapat merobohkan-mu hanya dalam beberapa detik saja dan aku tidak segan-segan untuk menghantarkan-mu langsung ke liang kubur”

Betapa marahnya Amru bin Wud mendengar jawaban Sayyidina Ali bin Abu Thalib itu. Lalu ia turun dari kuda dan dihunus-nya pedang miliknya itu ke arah Sayyidina Ali bin Abu Thalib.

Sementara itu Sayyidina Ali bin Abu Thalib langsung menghadapinya dengan sangat tenang dan Tameng di tangan kirinya dan Pedang Zulfikar di Tangan kanan!

Tiba-tiba Amru bin Wud melancarkan serangannya dengan pedang. Dan Imam Ali pun lalu menangkis serangan itu dengan menggunakan tamengnya yang terbuat dari kulit binatang sehingga pedang Amru Tertancap ditameng itu.

Maka itu secepat kilat Sayyidina Ali KW menghantamkan dengan keras pedang Zulfikar pada tengkuknya hingga ia tersungkur ke tanah dan bersimbah darah, dan akhirnya kaum kafir Quraisy lainya yg melihat itu lari tunggang langgang.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Kisah Pedang Zulfikar Ali bin Abu Tholib, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.


Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.
Oops!
Sepertinya ada yang salah dengan koneksi internet Anda. Silakan sambungkan ke internet dan mulai menjelajah lagi.
AdBlock Detected!
Kami telah mendeteksi bahwa Anda menggunakan plugin pemblokiran iklan di browser Anda.
Pendapatan yang kami peroleh dari iklan digunakan untuk mengelola situs web ini, kami meminta Anda untuk memasukkan situs web kami ke dalam daftar putih di plugin pemblokiran iklan Anda.